Monday, February 24, 2014
Cerita Inspirasi Dan Renungan edisi 1
Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku!!!Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku.
Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu.
Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi
kubopong ia memasuki rumah kami.Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang
pengantin pria yang sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel
seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia
usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami
pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja
bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.Anak kami sedang belajar di luar negeri.
Perkimpoian kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi
oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu
itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang
merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya.Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya.
Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para
gadis." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami
baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses, akan
menjadi sangat menarik bagi para gadis." Berpikir tentang ini, Aku menjadi
ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup
menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi
membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah
berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas
dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat
sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walaubagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat
terluka. Sejujurnya,ia adalah seorangistri yang baik. Setiap malam ia sibuk
menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera
tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan
komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku.Suatu hari aku berbicara dalam guyon,
"Seandainya kita bercerai, apayang akan kau lakukan? " Ia menatap padaku
selama beberapa detik tanpabersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa
perceraian adalah sesuatu yang sangatjauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan
bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius. Ketika
istriku mengunjungi kantorku, Dew baru sajakeluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff
menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan
segala sesuatu selama berbicaradengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia
berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di
matanya. Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.?
Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh
ragu-ragu lagi.Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam,
ku pegangtangannya,"Ada sesuatu yang harus
kukatakan" Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat
ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkataapa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.
"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi
tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi iabertanya secara lembut,"kenapa?"
"Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia
sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan
laki-laki!".Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia
sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan
perkimpoian kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku
telah dibawa pergi oleh Dew.Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku
menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30%
saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa
bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak
bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku,
dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya
merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam
beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah
menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera
ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam aku melihat ia masih menulis. Aku
tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak
menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum
menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti
biasanya.Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan
segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia
tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan
persyaratan tersebut dan bertanya," apakah kamu masih ingat bagaimana aku
memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa
kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku
dilenganmu", katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu
akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir
bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke
pintu." Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa
kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkimpoiannya diakhiri dengan
suasana romantis. Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari
istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.
"Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari
perceraian ini," ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan
lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi
ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami
menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra sekali"
Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke
pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan
berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan
pada anak kita."Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku
melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. Pada
hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami begitu
dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku
telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia
tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya. Pada hari ketiga, ia
berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu
lewat sana." Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami
masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku
dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar. Pada hari kelima dan enam, ia masih
mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku
yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk.
Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap
setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata
padanya,"Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang" Ia sedang
mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha
mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia
melihat,"Semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku
menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan
ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua
kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar
ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah
waktunya membopong mama keluar"Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya
keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami
mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku
takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia
dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya
memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti
kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus,
membuatku sedih. Pada hari terakhir,ketika aku membopongnyadilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak
kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu
akan membopongku sampaikita tua". Aku memeluknya dengan kuat dan berkata
"Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu
mesra". Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut
keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka
pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai. Aku
serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. "Kamu tidak
demam".Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf,
Dew,Aku cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah
tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai
dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku
mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku.
Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan
tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya
meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati
sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual
bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis
" Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.." (anggara.org)
Labels:
About Me
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment