Menjaga hijab itu bukan suatu hal gampang. Padahal sudah jelas kita tau ‘dasar hukum’nya. Kadang kita berniat menjaga hijab. Kita bicara seadanya dengan teman atau rekan kerja. Tapi memang setan selalu membisik-bisikkan godaan ke manusia. Tidak rela manusia berjalan di jalan yang benar. Sehingga seseorang yang tadinya kita anggap teman, mendadak kita anggap lebih spesial. Berbicara mendayu-dayu, curhat bertambah dan bahayanya lagi itu curhat untuk lebih akrab. Padahal perkenalan itu tidak bertujuan untuk melangkah ke ‘jenjang’ berikutnya.
Berikut ini Dala post sebuah tulisan dari RISKA tentang Menjaga Hijab.
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga.
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya. Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam,
sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.* (QS. Al Isra:32).
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya. Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam,
sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.* (QS. Al Isra:32).
“Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat sekali???,” tanya
seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis
rohis yang bila berbicara dengan lawan jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.
seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis
rohis yang bila berbicara dengan lawan jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.
“Mbak, akhwat yang itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama ikhwan itu?,”
tanya sang mad’u kepada murabbinya karena ia sering melihat dua aktivis
rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang
sudah menikah.
tanya sang mad’u kepada murabbinya karena ia sering melihat dua aktivis
rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang
sudah menikah.
“Duh… ngeri, lihat itu… ikhwan-akhwat berbicaranya sangat dekat……,” ujar
seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah resah, ketika melihat
ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh beda seperti orang berpacaran.
seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah resah, ketika melihat
ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh beda seperti orang berpacaran.
“Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama akhwat?,” tanya
seorang akhwat penuh keheranan.
seorang akhwat penuh keheranan.
Demikianlah kejadian yang sering dipertanyakan. Pelanggaran batas-batas
pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan
karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.
pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan
karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.
Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi
penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau dengan berjanggut
dan celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk
berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat
menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.
penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau dengan berjanggut
dan celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk
berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat
menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.
Sesungguhnya panggilan ‘ikhwan’ dan ‘akhwat’ adalah panggilan persaudaraan.
‘Ikhwan’ artinya adalah saudara laki-laki, dan ‘akhwat’ adalah saudara
perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar
itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang
islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa
dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan
ke-‘ikhwanan’-nya atau ke-‘akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas
pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.
‘Ikhwan’ artinya adalah saudara laki-laki, dan ‘akhwat’ adalah saudara
perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar
itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang
islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa
dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan
ke-‘ikhwanan’-nya atau ke-‘akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas
pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.
*Aktivis sekuler tak lagi segan*
Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yang berkata kepadanya,
”Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis karena bisa menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi
tak segan lagi.”
”Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis karena bisa menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi
tak segan lagi.”
Ungkapan aktivis sekuler di atas dapat menohok kita selaku jundi-jundi yang
ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang
bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan
demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah
sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.
ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang
bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan
demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah
sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.
*Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat*
Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:
*1. Pulang Berdua*
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang
bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari
Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang
bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari
Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.
*2. Rapat Berhadap-Hadapan*
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan
akan timbulnya *ikhtilath*. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan
hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan
akan timbulnya *ikhtilath*. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan
hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.
*3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
*Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata
turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, ”Ah, tidak
perlu *gadhul bashar*, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya
tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak
dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata
semu/samping.
*Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata
turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, ”Ah, tidak
perlu *gadhul bashar*, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya
tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak
dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata
semu/samping.
*4. Duduk/ Jalan Berduaan*
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun
alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang
sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis
berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita.
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun
alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang
sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis
berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita.
*5. “Men-tek” Untuk Menikah*
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum
diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang
akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan
akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum
diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang
akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan
akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.
*6. Telfon Tidak Urgen*
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.
*7. SMS Tidak Urgen*
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan
da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan
da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
*8. Berbicara Mendayu-Dayu*
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang
ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang
ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
*9. Bahasa Yang Akrab*
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang
disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya
lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh .“
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah
bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima
ataupun si pengirim sendiri.
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang
disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya
lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh .“
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah
bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima
ataupun si pengirim sendiri.
*10. Curhat*
“Duh, bagaimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu,
akh….” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati,
kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi
da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan
da’wah.
“Duh, bagaimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu,
akh….” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati,
kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi
da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan
da’wah.
*11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen*
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal
penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar
kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja
terjadi.
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal
penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar
kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja
terjadi.
*12. Bercanda ikhwan-akhwat*
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa.
Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat
hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa.
Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat
hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.
*Dalil untuk nomor 1-5: *
a. Rasulullah SAW bersabda, *”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.”*(HR.Ahmad)
a. Rasulullah SAW bersabda, *”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.”*(HR.Ahmad)
b. Allah SWT berfirman, *“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,
‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……”*(QS.24: 30)
‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……”*(QS.24: 30)
c. Allah SWT berfirman, *“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya……”* (QS.24: 31)
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya……”* (QS.24: 31)
d. Rasulullah SAW bersabda, *“Pandangan mata adalah salah satu dari
panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan
dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”*
panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan
dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”*
e. Rasulullah saw. Bersabda, *”Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan
yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan
yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.”* (HR Ahmad)
yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan
yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.”* (HR Ahmad)
*Dalil untuk nomor 6-12: *
*”… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit di dalam hatinya…”* (Al Ahzab: 32)
*”… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit di dalam hatinya…”* (Al Ahzab: 32)
Penutup
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga.
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya.
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya.
Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai
untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *“Dan janganlah kamu
mendekatizina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan
yang buruk.” (QS. Al Isra:32).
untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *“Dan janganlah kamu
mendekatizina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan
yang buruk.” (QS. Al Isra:32).
Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina
karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang
sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat…., jagalah para ikhwan. Dan wahai
ikhwan…., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam
kategori mendekati zina.
karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang
sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat…., jagalah para ikhwan. Dan wahai
ikhwan…., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam
kategori mendekati zina.
“Ya Rabbi…, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir
ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu,
yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami
sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami
ya Allah…… Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali
cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah… “
ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu,
yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami
sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami
ya Allah…… Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali
cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah… “
—- Wahai Insan, Mintalah Fatwa Pada Hatimu —-
from: http://vanille.blog.com